Pada Hari Raya Paskah 2011 ini Warta Paroki kita tampil dengan wajah baru dengan nama ‘Nafiri‘. Nafiri adalah nama alat musik semacam terompet. Kata nafiri dalam Kitab Perjanjian Lama disebutkan sebanyak 29 kali, antara lain ketika bangsa Israel hendak mengumpulkan bala tentara mereka untuk bersiap siaga dalam suatu peperangan, atau ketika para imam hendak memanggil umatnya untuk ibadah dalam kemah pertemuan, juga ketika umat Israel mempersembahkan korban. Mereka percaya bahwa ketika nafiri itu ditiup, maka Tuhan berkenan akan semua permohonan yang mereka panjatkan dan persembahan mereka pun diterima.(Bil 10:1-10)
Begitu merdunya suara nafiri itu di telinga Tuhan sehingga menggerakkan hati-Nya yang Mahapengasih untuk segera mengabulkan permohonan-permohonan umat-Nya. Kalau kita amati, Gereja kita pun memiliki lambang berupa 2 malaikat berdiri di atas kerang sambil meniup nafiri, dan kita pun yakin bahwa doa-doa kita dikabulkan Tuhan.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menyatakan kepada kita suatu rahasia : “Kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis : “Maut telah ditelan dalam kemenangan”. (1 Kor 15:51-54) Rasul Paulus mau menegaskan tentang kebangkitan yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus : “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberi- kan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”. Kapan tepatnya hal itu terjadi, yaitu ketika nafiri terakhir ditiup oleh para malaikat.
Selama masa Prapaskah kita mengolah batin kita dengan berpuasa, tirakat dan mati raga guna mempersiapkan suatu peristiwa akbar, yakni Paskah Raya kebangkitan Tuhan. Dengan satu harapan, kita pun kelak dibangkitkan untuk menikmati hidup kekal bersama DIA, yaitu ketika Nafiri terakhir itu ditiup oleh para malaikat di sorga, dengan demikian firman-Nya pun tergenapi bagi kita semua, umat-Nya :
“Maut telah ditelan dalam kemenangan”
ditulis oleh: Tim KomSos