Prinsip Akibat Ganda adalah pedoman yang harus dipegang teguh bila kita menghadapi dilemma, yaitu dua pilihan sukar yang membingungkan karena

  1. sama-sama positif atau negatif,
  2. harus pilih salah satu, tidak bisa dua-duanya, dan tidak boleh tidak memilih.
  3. Bagaikan buah Simalakama: kalau dimakan, mati bapak; tidak dimakan, mati emak. Kalau yang satu dilakukan maka yang lain terlantar atau malah ditiadakan. Jadi, melakukan yang mana pun, akibatnya ganda, sekaligus  menghidupi  dan  mematikan.

Principle of Double Effects berbunyi demikian.

  1. Kita tidak pernah boleh sengaja mencederai satu manusiapun demi kesejahteraan seluruh bangsa manusia.
  2. Kematian seorang manusia tidak boleh jadi tujuan atau jalan untuk menyelamatkan nyawa orang lain (seluruh bangsa).
  3. Semua jalan lain harus sudah diupayakan sekuat tenaga. Dan
  4. pilihlah Minus malum (keburukan paling kecil atau kurang buruk. Minus = kecil atau kurang. Malum = keburukan). Nampak di situ, moralitas prinsip ini berpegang teguh pada kemanusiaan yang harus dimuliakan, dan tidak boleh dilecehkan sedikit pun.

Kasus-1: Sopir mengendarai Bis dengan 40 penumpang lewat jalan sulit. Di kanan tebing tinggi dan di kiri jurang terjal, jalan itu begitu sempit. Kalau berpapasan dengan kendaraan lain jadi lebih sulit lagi. Sopir sudah sangat berhati-hati, tiba-tiba dari tebing kanan seorang pencari rumput terjatuh ke jalan, persis di muka Bis. Sopir harus memilih menyelamatkan nyawa pencari rumput itu atau nyawa penumpang sebis. Di kantor polisi, sopir membela diri. Apa boleh buat, saya tabrak saja pencari rumput itu untuk menyelamatkan penumpang sebis. Dapatkah pertanggung-jawabannya diterima? Menurut prinsip pertama, tidak boleh mencederai satu manusia pun. Baik pencari rumput maupun penumpang sebis harus selamat. Kedua, kematian pencari rumput tak boleh jadi jalan untuk menyelamatkan penumpang sebis. Ketiga, satu-satunya jalan terakhir yang sudah dilaku kan adalah mengerem bis. Tak boleh banting setir ke kiri, sebab ada jurang terjal. Keempat, pilih Minus Malum, tertabraknya pencari rumput. Untuk isi hati yang benar, jangan pakai kalimat salah ”saya tabrak saja pencari rumput itu”, tapi katakan ”saya rem sebisanya”.

Kasus-2: Seorang ibu yang hamil anak kelima, menghadapi masalah besar. Menurut indikasi medis, tak bisa ibu dan janin dua-duanya hidup. Kalau janinnya dipertahankan agar hidup, maka ibunya pasti mati. Bagaimana nasib 4 anak yang ditinggalkannya? Tapi kalau menyelamatkan ibunya, maka janinnya terpaksa dimatikan. Pilih yang mana?

Prinsip pertama, tak boleh mencederai ibu maupun bayinya. Kedua, kematian bayi tidak boleh jadi jalan untuk menyelamatkan ibu. Atau sebaliknya. Ketiga, usahakan agar tak satu pun dibunuh. Keempat, pilihlah Minus Malum.

Ibu beriman tak pernah memilih kematian (bayinya atau dirinya). Dia tegas prolife memilih kehidupan. Biarlah anakku hidup. Bahwasanya akibatnya aku mati,  itu bukan kemauanku atau pilihanku (aku memilih kehidupan), itu resiko menjadi ibu yang sudah kusepakati sejak sakramen perkawinan.