1. Bacalah perumpamaan Tuhan Yesus ini (Mat 21:28 dst). Seorang ayah menyuruh anak sulung dan bungsu pergi kerja di kebun anggurnya. Yang sulung bilang “Ya, paaa” tapi tidak pergi. Yang bungsu membentak “Tidak mauuu” tapi kemudian menyesal lalu pergi kerja di kebun anggur.
  2. Dua ekspresi, ungkapan, penampilan, gaya. Gaya taat (ya paa) dan gaya main kuasa (tidak mauu). Bagaimana menilainya? Apakah sungguh taat? Apakah sungguh main kuasa? Apa ukurannya?
  3. Ada dua ukuran penilaian. Pakailah dua-duanya sekaligus. (a) Ukuran hatiHuman spirit is not measured by the size of the act, but the size of heart. Jiwa manusia tidak diukur dengan besarnya perbuatan, tapi hatinya. Jangan lihat gayanya taat atau gaya main kuasa, tapi lihat hatinya. (b) Ukuran perbuatan. It is not who you are underneath, but what you do, that defines you. Yang mendefinisikan jati dirimu bukan apa yang ada dalam dirimu, melainkan apa yang kamu perbuat. Jangan lihat gayanya, tapi perbuatannya, mana yang sungguh taat melakukan dan mana yang tidak.
  4. Tuhan Yesus juga memberi ukuran semacam itu “Pohon dinilai dari buahnya” (Mat 12:33). Jangan lihat indahnya pohon, tapi rasakan manisnya buah. Awas, bukan dari satu buahnya saja (kalau begitu itu kan menilai gayanya saja), tapi sabar, jangan tergesa-gesa menilai. Nilailah 100 buahnya. Kalau mayoritas buahnya baik, ya pohon itu memang baik. Tapi kalau mayoritas buahnya buruk, ya memang pohon itu buruk. Tuhan Yesus juga bersabda ” Bukan orang yang berseru: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke Sorga, melainkan yang melakukan kehendak Allah” (Mat 7:21). Mengapa demikian? Sebab Tuhan menilai buahnya (kelakuannya). (a) Kalau mensukseskan master plan Bapa (membuat semua bangsa manusia menjadi Kekasih Allah, Pribadi yang indah Citra Allah, dan Keluarga Allah), itu bagus, dan oke ”IN” dalam Sorga. (b) Kita diciptakan dengan jati diri yang sama (Kekasih Allah, Citra Allah, Keluarga Allah). Kalau kita melakukan jati diri kita yang asli itu, masyarakat akan menilai kita lolos fit and proper test.
  5. Kitab Amsal memberi ukuran yang sama (31:30-31) Jangan memuji wanita karena kemolekannya, sebab kemolekan itu bohong dan kecantikan tak ada manfaatnya. Tapi pujilah hatinya  yang ”takut” pada Tuhan (ay.30) serta perbuatannya yang hebat (ay.31)!
  6. Kita punya lahir-batin, luar-dalam, jasmani-rohani. Bagaimana sifat hubungan lahir-batin itu? Ada dua sifatnya: (a) Satu kompak. Yang batin terungkap di lahir. Yang lahir itu ungkapan batin. Kalau menendang pantatku, sama dengan menendang aku. Yang bertanggung jawab satu, jiwa kita. (b) Dua-berbeda. Yang lahiriah tidak mampu menampung dan mengungkapkan kekayaan batiniah. Manusia sendiri sering munafik atau palsu, karena takut ditolak masyarakat.
  7. Bagaimana menilai lahir-batin? Pakailah ukuran hati dan ukuran perbuatan tsb. di atas. Tapi lebih dari itu pakailah kesabaran dan kecerdasan. Kalau Anda grusa-grusu (gegabah) dan ‘oon, Anda pasti akan tertipu. ”Ya paa”, satu buah manis, Tuhan-tuhan, kecantikan, Anda kira taat. Dan bentakan ”Tidak mauu”, Anda kira main kuasa dan sewenang-wenang.