• Paus Benediktus XVI (24-01-2011) mengundang orang kristiani: Bergabunglah di dunia digital dengan percaya diri, kreatif, berdaya-guna, dan bertanggung-jawab. Hadirlah di situ dengan sungguh-sungguhsebagai pribadi kristiani, yang sejati (otentik).
  • Sungguh-sungguh lawannya iseng, tanpa tujuan, dan tidak jadi pemain utama. Berdasar ajakan Paus itu, sebelum masuk dunia digital tentukan dulu tujuan Anda. Dan jadilah pemain aktif di situ, syukur-syukur jadi pemain utama. Bukan pasif, tinggal menerima, bahkan terhisap ke dunia lain, didikte, dipermainkan dan dirusak oleh orang lain. Dan kejarlah bukan keuntungan kecil, tapi keuntungan terbesar yakni (a) aktualisasi diri maksimal (pribadi sejati, kristiani, Kekasih Allah, Citra Allah, dan Keluarga Allah), (b) perluasan Kerajaan Allah (kesaksian tentang Injil dan Kristus sebagai Allah Penyelamat) dan (c) keselamatan jiwa-jiwa (kebaikan umat manusia).
  • Sejati lawannya palsu. Karena di dunia digital orang tidak tahu siapa Anda, ada godaan besar untuk menyembunyikan jati diri Anda yang manusiawi-kristiani. Anda bisa lempar batu, sembunyi tangan, tanpa harus tanggung-jawab. Pengecut. Anda bisa tampil ”lebih indah dari warna aslinya”, yang oleh Paus disebut tampang publik yang palsu dan eksistensi ganda. Lalu tahu-tahu hati Anda dipenuhi kebanggaan palsu pada ilusi “diri” yang bohong, bukan pada jati diri sehari-hari sebagai manusia kristiani. Pencitraan diri yang palsu tersebut memacetkan perkembangan manusiawi dan kristiani Anda. Pribadi Anda yang asli tidak Anda kembangkan sama sekali, sedangkan ”pribadi” yang palsu, Anda besar-besarkan dengan suka cita dan gagah berani (alias PD palsu).
  • Paus mengingatkan, dunia digital itu tempat perjumpaan pribadi-pribadi manusia. Walaupun Anda tinggal di kamar tertutup, tapi dengan dorongan untuk mencari teman, jati diri, dan ingin mengembangkan daya cipta, Anda keluar dari diri Anda, lalu masuk ke dunia baru, yang berbeda sama sekali dengan dunia Anda sehari-hari. Dunia digital dengan ungkapan-ungkapannya baru, nampaknya luas tanpa batas, tapi ternyata terbatas juga sebab tidak mengcover komunikasi fisik yang jujur dan kaya-raya. Seperti rusa masuk kampung, tidak berjumpa dengan rusa lain, tapi binatang lain yang tak dikenalnya, Anda digoda untuk mengabaikan jati diri orang lain. Lebih parah lagi, untuk mengabaikan buah pendidikan kristiani, kepekaan pada keselamatan orang lain lebih-lebih yang miskin, seperti Kain pembunuh adiknya (Abel) menjawab kepada Tuhan “Apa kah aku penjaga adikku?” (Kej 4:9). Paus mengingatkan, Anda wajib aktif mengubah dunia digital dari relasi palsu menjadi relasi sejati dan mendalam, dari relasi monolog (asal kirimanku diterima orang lain, atau asal aku bisa mendown-load kirimanmu, aku sudah puas) menjadi dialog antar pribadi, dari pertukaran data (atau isi Injil)  menjadi sharing pribadi yang saling memberi diri, cita-cita, harapan dan harta milik, yang bermanfaat bagi kebaikan manusia (bersama dan individual).
  • Akhirnya pesan Paus, dunia digital tidak boleh menggusur dunia nyata manusiawi. Jangan lupa kembali ke dunia nyata di mana Anda hidup dan tiap hari mendapat banyak sekali dari orang lain. Bangunlah itu menjadi persaudaraan sejati Keluarga Allah, dan tolonglah orang miskin.